This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 19 November 2012

Demi Liburan


Usai ujian semester akhirnya tiba juga saatnya untuk libur selama 3 bulan. Wow! 3 bulan? Waktu senggang yang tidak akan didapatkan oleh pelajar dan karyawan. Yah! 3 bulan, waktu yang membosankan bila hanya berdiam diri di dalam rumah.
Bila melihat mahasiswa yang lain gembira menyambut liburan, tidak halnya denganku. Karena menurutku liburan ya hanya mengurung diri dirumah dan satu hal lagi, tidak dapat uang jajan! Pahit. Jika teman-temanku sibuk prepare untuk liburan mereka yang akan berkunjung ke beberapa tempat, tapi aku? Sayangnya aku tidak punya saudara yang super jauh, jadi tidak ada alasanku untuk mengunjungi sanak saudara.
Hmm, Otak ku berputar keras, tubuhku ku sandarkan pada guling yang sengaja kulipat. Kira-kira apa yang bisa kulakukan untuk mengisi hari-hari panjangku. Reunian sama temen lama? Ah masa reunian sampai 3 bulan? Lagipula teman-temanku sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bikin kreasi? Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa menulis cerita-cerita”Aneh” ku didalam buku file.. Mentok-mentoknya jadi pembantu dirumah alias bantuin emak tiap hari (loh emang tiap hari ga pernah bantuin ya?) ketauan, hhe.. Apa ya? Dengan gaya meniru artis cilik baim aku condongkan kedua tanganku didepan dada. “Ya Alloh, tolong meta ya alloh,”
Liburan? Akh jangan tanyakan lagi soal itu, melihat dompetku yang kering kerontang karena tak di kasih uang jajan memang sangat menyedihkan. Beginilah dompet mahasiswa sepertiku, mungkin diantara kalian ada juga kali yang nasibnya sama?
Padahal, dilubuk hati ku yang paling dalaaam, aku ingin sekali pergi berlibur yang sudah ku rencanakan sejak jaman baheula. Gunung MAHAMERU, kalau bisa aku ingin menjadi kuncen di gunung tertinggi di pulau jawa itu.  
Imajinasiku merangkai cerita, andai saja aku bisa mengikuti salah satu lomba cerpen atau semacamnya dan mendapatkan royalti yang.. emm. Ah mimpi disiang bolong!
Trrtt.. trrtt.. tiba-tiba si lowbet berbunyi. Lowbet itu panggilan handphoneku yang paling setia sekaligus menyedihkan karena batrenya yang tidak bisa bertahan lama. Hahaha..
Satu massage dari murti, dia adalah teman kecilku, sahabat, kakak, adik, saudara, bahkan teman seperjuanganku dan satu lagi dia adalah teman curhatku yang paling bijaksana. J
“Alhamdulillah, makasih yah teman-teman, berkat doa kalian semua sekarang gue keterima kerja di PT.Blablabla,” (rahasia perusahaan)
Telaah ku membaca, ya inilah jawabannya. KERJA! Tak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Semuanya akan ku perjuangkan. Demi Liburan, demi Mahameru. Yah! Tekadku saat itu..
2 minggu berlangsung, setelah mengintrogasi murti dengan segudang pertanyaan. Bagaimana kerjanya? Bagian apa? Susah ga? Kerjanya dari jam berapa sampai jam berapa? Suasananya enak apa enggak? Pertanyaan yag lebih dari 5W+1H sudah ku layangkan padanya. Dan pertanyaanku yang paling terakhir masih ada lowongan apa engga? #@$%&*%$# METAAAAAA... ERRRR!! (langsung tutup kuping)
Murti menyambut gembira tekadku untuk mengikuti jejaknya. Satu pesan yang dia sampaikan padaku sebelum akhirnya aku dapat penggilan untuk interview, jangan bilang sambil kuliah. Duh! Jujur ini adalah kebohongan berat karena saat itu sedang bulan puasa, dan aku puasa. Boong demi kebaikan gaapa-apa kali ya? Hehe..
Hari itupun tiba, dengan rasa gugup kulangkahkan kaki memasuki pintu karyawan, ini memang bukan pertama kalinya aku bekerja, dulu aku juga pernah PSG untuk praktek di SMK, kemudian  menjajal menjadi operator dan yang terkhir sempat ikut menjadi reporter dan akhirnya gugur ditengah jalan.
Tapi kali ini entah kenapa aku benar-benar gugup, bukan karena manager personalianya yang ganas tapi dia meluncurkan pertanyaan yang membuatku ingin pipis, “Hobby kamu apa?”,”Nulis..”,”selain nulis?”, ingin sekali ku jawab bernafas dan bergerak, tapi kuurungkan saat dia melihat Cvku. “Apa kamu punya hobby menghitung?”. Jleb! Jika di itung hobby, itu adalah hobby yang paling aku benci. Berurusan dengan angka bukan ahliku. Lihat saja Cv ku didalam ijazah tak ada sejarahnya Meithalita mendapat angka 90 di dalam matematika, angka 75 saja sudah sujud syukur. Dari dulu aku memang tidak menyukai pelajaran matematika. Entah kenapa pelajaran itu selalu menghantuiku. Andai saja saat di terbitkannya pelajaran matematika aku sudah lahir , aku yang akan memprotes habis-habisan meminta agar pelajaran matematika di turunkan jabatannya dari daftar mata pelajaran terpenting.
Hey meithalita, orang depan elu ini bukan nanya matematika tapi menghitung. Tiba-tiba otak kiriku berkomentar. Ya sudahlah, toh aku juga sudah tau kalau perusahaan ini sedang membutuhkan seorang kasir. Mau susah apa engga itu urusan nanti, yang penting aku keterima kerja aja dolo. J
Allah menjabah doaku, mungkin ini hikmah dibulan puasa, AKU DITERIMA.. Wow! Dan mulai besok aku sudah mulai bekerja, eh belum ding, trainning dulu.
Tak kusangka, perusahaan yang bergerak dalam marketing ini sangat disiplin, rapih, dan steril. Bayangkan saja, aku masuk jam 8 tapi setengah jam sebelumnya harus sudah sampai, terbalik dari kebiasaan ku kuliah yang suka ngaret  setengah jam setelah dosen masuk. Aku juga tidak diperbolehkan membawa barang-barang pribadi kedalam tempat kerja, termasuk handphone! Semua barang milikku yang ada di taspun harus di CAP, katanya agar memastikan bahwa barang yang ada didalam tas memang milikku pribadi, MasyaAllah.. dan tasku pun akhirnya dititipkan diatas loker yang penuh sesak dengan tas-tas karyawan lainnya.
Tak sampai disitu, sebelum masuk ruang kasir tubuhku dari ujung kaki sampai ujung rambut  harus terlebih dulu diperiksa oleh pengawas LP (aku lupa singkatannya). Dan pakaian tidak boleh ada saku celana, Menakjubkan! Aku bagai berada di razia narkoba. Huh!
Setelah diberi penjelasan tentang perusahan ini, dan tetek bengek lainnya. Sang supervisor menerangkan padaku siapa saja team leaderku, bagaimana pekerjaanku, tata cara aku menyambut custamer dan bla-bla-bla..
Akhirnya penjelasan pun selesai dan aku bisa langsung ketempat area, tentu saja dibimbing oleh kasir yang sudah senior. Ternyata mall ini besar juga, aku tertawa dalam hati kenapa bisa ya aku ada disini? Hihihi..
Ohya aku belum cerita kalau perusahaan yang aku maksud adalah supermarket, Gede sih, tapi rela baagi-bagi. Haha lanjut
Orang - orang dalam gudang yang gelap itu menatapku dari atas sampai bawah yang membuatku risih dan pengen nonjok! Aku tidak suka diperhatikan sedetail itu. Mungkin aku asing bagi mereka, apalagi aku berpakaian layaknya anak sekolah yang sedang magang. Ya hitam putih dilengkapi dengan sepatu pentopel lengkap dengan kaus kaki dan sabuk. Satu lagi, make-up akh aku benci yang satu ini. Tapi bagaimana lagi, perusahaan ini menuntut agar terlihat menarik, tentu saja juga sopan. Maklum, pikirku saat itu namanya juga dunia penjualan.
Lepas dari karyawan yang memakai kaos kuning aku bertemu beberapa kaos-kaos yang berbeda warna juga berbeda motif, alangkah lucunya kalau dikumpulkan jadi satu bisa jadi bidadari dengan selendang 7 rupa atau cibi-cibi?.. untuk membayangkannya saja aku muak, tapi aku berusaha selalu ramah dan memasang senyum palsu. Ya aku harus jaga-jaga diri di tempat ini.
          Kaos-kaos yang aku maksud tadi adalah beberapa karyawan lainnya, aku tak tau mereka berada didalam divisi apa tapi setahuku mereka adalah SPG (sales promotion girl).  Sang senior mengajakku ke tempat seharusnya berada yaitu kassa. Tempat  customer atau pembeli antri untuk membayar semua barang belanjaan mereka.
Sang senior yang ku kira jutek setengah mampus tapi ternyata aku salah, dia sangat baik walaupun bahasanya agak sedikit cablak tapi seenggaknya mau mengajariku bermacam-macam hal. Kalau aku sebutkan namanya dan dia tau pasti dia ngamuk. Inisialnya saja (W). Sambil melayani pembeli dia terus  memberi tahu setiap apa yang aku tanyakan, bahkan yang tidak aku tanyakan. ???
Yang tidak terfikir dan ku bayangkan adalah disini berdiri, selama 8 jam berdiri?  Upacara selama 2 jam saja sudah mau pingsan apalagi 8 jam. Dan itu terasa sekali setelah ujung kakiku sangat sakit. Sepertinya lecet padahal sebelum ku beli sudah ku pesan agar nomernya dilebihkan satu tapi tetap saja setelah menginjak jam ke tiga badanku mulai tidak stabil. Untungnya aku tidak pingsan karena aku sedang puasa. Baru ku sadari ternyata jadi kasir itu tidak gampang dan tidak boleh dipandang sebelah mata.  
Pertama, tanggung jawab mereka begitu besar karena harus teliti dalam hal menghitung, jika satu barang saja terlewatkan sudah fatal akibatnya. Kedua, tenaga mereka juga diporsir selama delapan jam berdiri. Belum lagi ada custmer yang judes dan tidak mau tahu. Makan saja itu makian, lengkap sudah tenaga terkuras, otak terkuras, hati gondok. Yang terakhir siap-siap pulang paling malam karena sebelum pulang kita harus memenuhi kewajiban untuk setoran penjualan . syukur-syukur kalo ga ada mines alias nombok karena kesalahan scan atau kesalahan yang lainnya. Hah! Lengkap bukan?
Walaupun didepanku ada berbagai macam makanan dan minuman, sama sekali aku tidak tergiur. Yang aku idamkan adalah kasur.  aku ingin sekali meluruskan kaki sambil memejamkan mata. Ya allah ternyata ini yang namanya mencari sesuap nasi, menyedihkan! Esok hari aku berharap agar tubuhku terbiasa berdiri lama.
Keesokan harinya aku ditempatkan di kassa yang berbeda dan senior yang berbeda pula, di mall ini ada 17 kassa yang berbaris tapi tidak semuanya digunakan dan sekarang aku berada di kassa 1 dengan seniorku yang emm.. dia melihatku untuk yang pertama kalinya. Gugup mengguncang perasaanku dalam hati ku bertanya, jutek ga ya?
Ah dugaanku terjawab setelah dia memanggilku dan dia tersenyum hangat, ternyata orang yang ada didepanku ku ini sangat-sangat baik, dia cepat sekali akrab, menyanyakan hal banyak tentangku. Pokoknya aku seperti mendapat teman baru disini. Satu lagi, kasir disini yang udah senior rata-rata seumuran denganku, karena aku juga lulus tahun 2011  dan mereka genap satu tahun bekerja diperusahaan ini.
Sebelum pulang ternyata penderitaan kasir masih ada, yaitu harus menghitung setoran belanja hari ini. jumlahnya yang tidak kira-kira membuatku pusing ga karuan melihat uang yang ada didepanku menumpuk dan harus dihitung. Khayalanku mulai kacau andai punya uang sebanyak ini tak perlu repot-repot berdiri sambil melayani orang sampai 8 jam setiap harinya. Haha
Hari semakin bergulir terhitung aku sudah training selama 3 hari, itu artinya aku harus buka kassa sendiri tanpa di dampingi senior lagi, dan oh my God! Aku di tempatkan di kassa Roti, huaaa sedikit aku mengusai di kassa reguler aku malah di tempatkan di kassa roti yang cara transaksinya beda lagi, atasanku bilang agar aku tidak kaku saat nanti aku di tempatkan di kassa reguler. Hufhh ! bismillah aja deh.
Kassa Roti memang beda dari kassa lainnya, aku mengikuti atasanku dari belakang, dapur roti ini terletak dipojok sebelah kiri, dekat pintu keluar mall. Mau tidak mau aku harus adaptasi lagi dengan lingkungan ku yang baru, tempat baru kulihat, orang-orangnya yang sama sekali tidak ku kenal, cara transaksnya pun beda lagi, alih-alih keringat dingin bercucuran membasahi punggungku. Sungguh menyebalkan.
“Pak, aya anak baru..” sahut seorang koki yang berada di dapur roti sambil senyum-senyum meledek. Aku memanyunkan bibir, emang kenapa kalau anak baru? Ada yang salah? Gerutuku dalam hati.
Untungnya semua melihatku dengan raut wajah yang ramah tapi tidak dengan seorang pria yang memakai baju serba putih (baju koki) serta wajahnya ditutupi masker itu, alisnya tebal menambah sinis matanya yang menatapku tajam, akh aku tidak suka dengan tatapan seperti itu, kelihatannya dia tidak suka aku gabung dengan mereka. Baru ku temui karyawan yang sesinis ini. L
#To Be Continue