Usai ujian semester akhirnya tiba
juga saatnya untuk libur selama 3 bulan. Wow! 3 bulan? Waktu senggang yang
tidak akan didapatkan oleh pelajar dan karyawan. Yah! 3 bulan, waktu yang
membosankan bila hanya berdiam diri di dalam rumah.
Bila melihat mahasiswa yang lain
gembira menyambut liburan, tidak halnya denganku. Karena menurutku liburan ya
hanya mengurung diri dirumah dan satu hal lagi, tidak dapat uang jajan! Pahit. Jika
teman-temanku sibuk prepare untuk liburan mereka yang akan berkunjung ke
beberapa tempat, tapi aku? Sayangnya aku tidak punya saudara yang super jauh,
jadi tidak ada alasanku untuk mengunjungi sanak saudara.
Hmm, Otak ku berputar keras,
tubuhku ku sandarkan pada guling yang sengaja kulipat. Kira-kira apa yang bisa
kulakukan untuk mengisi hari-hari panjangku. Reunian sama temen lama? Ah masa
reunian sampai 3 bulan? Lagipula teman-temanku sibuk dengan urusan mereka
masing-masing. Bikin kreasi? Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa menulis
cerita-cerita”Aneh” ku didalam buku file.. Mentok-mentoknya jadi pembantu
dirumah alias bantuin emak tiap hari (loh emang tiap hari ga pernah bantuin
ya?) ketauan, hhe.. Apa ya? Dengan gaya meniru artis cilik baim aku condongkan
kedua tanganku didepan dada. “Ya Alloh, tolong meta ya alloh,”
Liburan? Akh jangan tanyakan lagi
soal itu, melihat dompetku yang kering kerontang karena tak di kasih uang jajan
memang sangat menyedihkan. Beginilah dompet mahasiswa sepertiku, mungkin
diantara kalian ada juga kali yang nasibnya sama?
Padahal, dilubuk hati ku yang
paling dalaaam, aku ingin sekali pergi berlibur yang sudah ku rencanakan sejak
jaman baheula. Gunung MAHAMERU, kalau bisa aku ingin menjadi kuncen di gunung
tertinggi di pulau jawa itu.
Imajinasiku merangkai cerita,
andai saja aku bisa mengikuti salah satu lomba cerpen atau semacamnya dan
mendapatkan royalti yang.. emm. Ah mimpi disiang bolong!
Trrtt.. trrtt.. tiba-tiba si
lowbet berbunyi. Lowbet itu panggilan handphoneku yang paling setia sekaligus
menyedihkan karena batrenya yang tidak bisa bertahan lama. Hahaha..
Satu massage dari murti, dia
adalah teman kecilku, sahabat, kakak, adik, saudara, bahkan teman seperjuanganku
dan satu lagi dia adalah teman curhatku yang paling bijaksana. J
“Alhamdulillah, makasih yah
teman-teman, berkat doa kalian semua sekarang gue keterima kerja di
PT.Blablabla,” (rahasia perusahaan)
Telaah ku membaca, ya inilah
jawabannya. KERJA! Tak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Semuanya akan ku
perjuangkan. Demi Liburan, demi Mahameru. Yah! Tekadku saat itu..
2 minggu berlangsung, setelah
mengintrogasi murti dengan segudang pertanyaan. Bagaimana kerjanya? Bagian apa?
Susah ga? Kerjanya dari jam berapa sampai jam berapa? Suasananya enak apa
enggak? Pertanyaan yag lebih dari 5W+1H sudah ku layangkan padanya. Dan
pertanyaanku yang paling terakhir masih ada lowongan apa engga? #@$%&*%$#
METAAAAAA... ERRRR!! (langsung tutup kuping)
Murti menyambut gembira tekadku
untuk mengikuti jejaknya. Satu pesan yang dia sampaikan padaku sebelum akhirnya
aku dapat penggilan untuk interview, jangan bilang sambil kuliah. Duh! Jujur
ini adalah kebohongan berat karena saat itu sedang bulan puasa, dan aku puasa. Boong
demi kebaikan gaapa-apa kali ya? Hehe..
Hari itupun tiba, dengan rasa
gugup kulangkahkan kaki memasuki pintu karyawan, ini memang bukan pertama
kalinya aku bekerja, dulu aku juga pernah PSG untuk praktek di SMK,
kemudian menjajal menjadi operator dan yang
terkhir sempat ikut menjadi reporter dan akhirnya gugur ditengah jalan.
Tapi kali ini entah kenapa aku
benar-benar gugup, bukan karena manager personalianya yang ganas tapi dia
meluncurkan pertanyaan yang membuatku ingin pipis, “Hobby kamu apa?”,”Nulis..”,”selain
nulis?”, ingin sekali ku jawab bernafas dan bergerak, tapi kuurungkan saat dia
melihat Cvku. “Apa kamu punya hobby menghitung?”. Jleb! Jika di itung hobby,
itu adalah hobby yang paling aku benci. Berurusan dengan angka bukan ahliku.
Lihat saja Cv ku didalam ijazah tak ada sejarahnya Meithalita mendapat angka 90
di dalam matematika, angka 75 saja sudah sujud syukur. Dari dulu aku memang
tidak menyukai pelajaran matematika. Entah kenapa pelajaran itu selalu
menghantuiku. Andai saja saat di terbitkannya pelajaran matematika aku sudah
lahir , aku yang akan memprotes habis-habisan meminta agar pelajaran matematika
di turunkan jabatannya dari daftar mata pelajaran terpenting.
Hey meithalita, orang depan elu
ini bukan nanya matematika tapi menghitung. Tiba-tiba otak kiriku berkomentar.
Ya sudahlah, toh aku juga sudah tau kalau perusahaan ini sedang membutuhkan
seorang kasir. Mau susah apa engga itu urusan nanti, yang penting aku keterima
kerja aja dolo. J
Allah menjabah doaku, mungkin ini
hikmah dibulan puasa, AKU DITERIMA.. Wow! Dan mulai besok aku sudah mulai
bekerja, eh belum ding, trainning dulu.
Tak kusangka, perusahaan yang
bergerak dalam marketing ini sangat disiplin, rapih, dan steril. Bayangkan
saja, aku masuk jam 8 tapi setengah jam sebelumnya harus sudah sampai, terbalik
dari kebiasaan ku kuliah yang suka ngaret
setengah jam setelah dosen masuk. Aku juga tidak diperbolehkan membawa
barang-barang pribadi kedalam tempat kerja, termasuk handphone! Semua barang
milikku yang ada di taspun harus di CAP, katanya agar memastikan bahwa barang
yang ada didalam tas memang milikku pribadi, MasyaAllah.. dan tasku pun
akhirnya dititipkan diatas loker yang penuh sesak dengan tas-tas karyawan
lainnya.
Tak sampai disitu, sebelum masuk
ruang kasir tubuhku dari ujung kaki sampai ujung rambut harus terlebih dulu diperiksa oleh pengawas LP
(aku lupa singkatannya). Dan pakaian tidak boleh ada saku celana, Menakjubkan!
Aku bagai berada di razia narkoba. Huh!
Setelah diberi penjelasan tentang
perusahan ini, dan tetek bengek lainnya. Sang supervisor menerangkan padaku
siapa saja team leaderku, bagaimana pekerjaanku, tata cara aku menyambut
custamer dan bla-bla-bla..
Akhirnya penjelasan pun selesai
dan aku bisa langsung ketempat area, tentu saja dibimbing oleh kasir yang sudah
senior. Ternyata mall ini besar juga, aku tertawa dalam hati kenapa bisa ya aku
ada disini? Hihihi..
Ohya aku belum cerita kalau
perusahaan yang aku maksud adalah supermarket, Gede sih, tapi rela baagi-bagi.
Haha lanjut
Orang - orang dalam gudang yang
gelap itu menatapku dari atas sampai bawah yang membuatku risih dan pengen
nonjok! Aku tidak suka diperhatikan sedetail itu. Mungkin aku asing bagi
mereka, apalagi aku berpakaian layaknya anak sekolah yang sedang magang. Ya
hitam putih dilengkapi dengan sepatu pentopel lengkap dengan kaus kaki dan
sabuk. Satu lagi, make-up akh aku benci yang satu ini. Tapi bagaimana lagi,
perusahaan ini menuntut agar terlihat menarik, tentu saja juga sopan. Maklum,
pikirku saat itu namanya juga dunia penjualan.
Lepas dari karyawan yang memakai
kaos kuning aku bertemu beberapa kaos-kaos yang berbeda warna juga berbeda
motif, alangkah lucunya kalau dikumpulkan jadi satu bisa jadi bidadari dengan
selendang 7 rupa atau cibi-cibi?.. untuk membayangkannya saja aku muak, tapi
aku berusaha selalu ramah dan memasang senyum palsu. Ya aku harus jaga-jaga
diri di tempat ini.
Kaos-kaos yang aku maksud tadi adalah beberapa karyawan lainnya,
aku tak tau mereka berada didalam divisi apa tapi setahuku mereka adalah SPG
(sales promotion girl). Sang senior
mengajakku ke tempat seharusnya berada yaitu kassa. Tempat customer atau pembeli antri untuk membayar
semua barang belanjaan mereka.
Sang senior yang ku kira jutek
setengah mampus tapi ternyata aku salah, dia sangat baik walaupun bahasanya
agak sedikit cablak tapi seenggaknya mau mengajariku bermacam-macam hal. Kalau
aku sebutkan namanya dan dia tau pasti dia ngamuk. Inisialnya saja (W). Sambil
melayani pembeli dia terus memberi tahu
setiap apa yang aku tanyakan, bahkan yang tidak aku tanyakan. ???
Yang tidak terfikir dan ku
bayangkan adalah disini berdiri, selama 8 jam berdiri? Upacara selama 2 jam saja sudah mau pingsan
apalagi 8 jam. Dan itu terasa sekali setelah ujung kakiku sangat sakit.
Sepertinya lecet padahal sebelum ku beli sudah ku pesan agar nomernya
dilebihkan satu tapi tetap saja setelah menginjak jam ke tiga badanku mulai
tidak stabil. Untungnya aku tidak pingsan karena aku sedang puasa. Baru ku
sadari ternyata jadi kasir itu tidak gampang dan tidak boleh dipandang sebelah
mata.
Pertama, tanggung jawab mereka
begitu besar karena harus teliti dalam hal menghitung, jika satu barang saja
terlewatkan sudah fatal akibatnya. Kedua, tenaga mereka juga diporsir selama
delapan jam berdiri. Belum lagi ada custmer yang judes dan tidak mau tahu.
Makan saja itu makian, lengkap sudah tenaga terkuras, otak terkuras, hati
gondok. Yang terakhir siap-siap pulang paling malam karena sebelum pulang kita
harus memenuhi kewajiban untuk setoran penjualan . syukur-syukur kalo ga ada
mines alias nombok karena kesalahan scan atau kesalahan yang lainnya. Hah!
Lengkap bukan?
Walaupun didepanku ada berbagai
macam makanan dan minuman, sama sekali aku tidak tergiur. Yang aku idamkan
adalah kasur. aku ingin sekali
meluruskan kaki sambil memejamkan mata. Ya allah ternyata ini yang namanya
mencari sesuap nasi, menyedihkan! Esok hari aku berharap agar tubuhku terbiasa
berdiri lama.
Keesokan harinya aku ditempatkan
di kassa yang berbeda dan senior yang berbeda pula, di mall ini ada 17 kassa
yang berbaris tapi tidak semuanya digunakan dan sekarang aku berada di kassa 1
dengan seniorku yang emm.. dia melihatku untuk yang pertama kalinya. Gugup
mengguncang perasaanku dalam hati ku bertanya, jutek ga ya?
Ah dugaanku terjawab setelah dia
memanggilku dan dia tersenyum hangat, ternyata orang yang ada didepanku ku ini
sangat-sangat baik, dia cepat sekali akrab, menyanyakan hal banyak tentangku.
Pokoknya aku seperti mendapat teman baru disini. Satu lagi, kasir disini yang
udah senior rata-rata seumuran denganku, karena aku juga lulus tahun 2011 dan mereka genap satu tahun bekerja
diperusahaan ini.
Sebelum pulang ternyata
penderitaan kasir masih ada, yaitu harus menghitung setoran belanja hari ini.
jumlahnya yang tidak kira-kira membuatku pusing ga karuan melihat uang yang ada
didepanku menumpuk dan harus dihitung. Khayalanku mulai kacau andai punya uang
sebanyak ini tak perlu repot-repot berdiri sambil melayani orang sampai 8 jam
setiap harinya. Haha
Hari semakin bergulir terhitung
aku sudah training selama 3 hari, itu artinya aku harus buka kassa sendiri tanpa
di dampingi senior lagi, dan oh my God! Aku di tempatkan di kassa Roti, huaaa sedikit
aku mengusai di kassa reguler aku malah di tempatkan di kassa roti yang cara
transaksinya beda lagi, atasanku bilang agar aku tidak kaku saat nanti aku di
tempatkan di kassa reguler. Hufhh ! bismillah aja deh.
Kassa Roti memang beda dari kassa
lainnya, aku mengikuti atasanku dari belakang, dapur roti ini terletak dipojok
sebelah kiri, dekat pintu keluar mall. Mau tidak mau aku harus adaptasi lagi
dengan lingkungan ku yang baru, tempat baru kulihat, orang-orangnya yang sama
sekali tidak ku kenal, cara transaksnya pun beda lagi, alih-alih keringat
dingin bercucuran membasahi punggungku. Sungguh menyebalkan.
“Pak, aya anak baru..” sahut
seorang koki yang berada di dapur roti sambil senyum-senyum meledek. Aku
memanyunkan bibir, emang kenapa kalau anak baru? Ada yang salah? Gerutuku dalam
hati.
Untungnya semua melihatku dengan
raut wajah yang ramah tapi tidak dengan seorang pria yang memakai baju serba
putih (baju koki) serta wajahnya ditutupi masker itu, alisnya tebal menambah
sinis matanya yang menatapku tajam, akh aku tidak suka dengan tatapan seperti
itu, kelihatannya dia tidak suka aku gabung dengan mereka. Baru ku temui
karyawan yang sesinis ini. L
#To Be Continue